Jumat, 25 Maret 2011

Taubat dan raja

TAUBAT

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk bertaubat agar mereka beruntung. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat An-Nur ayat 31 yang artinya “ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Q.S. An Nur (24) : 31) dalam ayat lain dikatakan (Q.S. Al Baqarah (2) : 222) yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang mensucikan diri.” (Q.S. Al Baqarah (2) : 222).

Arti Taubat

Menurut bahasa, arti taubat adalah kembali. Maksudnya, kembali dari segala yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji. Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak mengulanginya lagi. (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan).

Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya, manusia diperintahkan untuk bertaubat. Tobat merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat yang semurni-murninya sebagaimana firman-Nya dalam suart At Tahrim (66) ayat 8 yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (Q.S. At Tahrim (66) : 8).

Nabi Muhammad SAW, meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa (maksum), tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT. Berbicara masalah taubat, ternyata berkaitan erat dengan istighfar yaitu memohon ampun dari semua dosa kepada Allah SWT dengan menundukkan hati, jiwa dan pikiran. Istighfar tidak hanya melisankan dengan “astghfirullahal “adzim”, tetapi harus disertai dengan keseriusan dan harapan untuk memperoleh ampunan Allah SWT. (pelajari Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 286 dan Surat At Tahrim (66) ayat 8).

Tahapan Taubat

Dalam bertaubat, ada tiga tahapan, tahap pertama yaitu berpaling dari dosa karena takut kepada Allah SWT. Tahapan seperti ini merupakan tahapan orang mukmin biasa. Kedua yaitu inabat, yaitu taubat karena ingin mendapat balasan atau pahala dari Allah SWT, Inabat merupakan tahapan para wali dan yang diridhai Allah SWT. Ketiga yaitu aubat, aubat adalah taubat karena mematuhi perintah allah SWT, bukan karena menginginkan pahala atau takut kepada Allah SWT. Aubat merupakan tahapan para nabi dan rasul.

Syarat Keberhasilan Taubat

Taubat dinilai sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kalangan ahli sunah mengemukakan bahwa keberhasilan taubat tergantung pada tiga syarat:

1. Menyesal atas pelanggaran yang dilakukan

2. Meninggalkan pelanggaran yang dilakukan dengan segera

3. Memutuskan untuk tidak kembali kepada maksiat

Setelah ketiga syarat tersebut dipenuhi, diiringi atau diikutinya dengan perbuatan yang baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan. Sebagaimana Firman allah SWT dalam surat Hud ayat 11 yang artinya: “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (Q.S. Hud (11) : 114)

ROJA’

Raja’ berarti harapan. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT. Raja’ termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat berguna untuk mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Sebagai muslim dan muslimah tentunya mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Supaya harapan tersebut dapat tercapai maka harus menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.dan tidak lupa untuk berdo’a. Dalam surat Al Mukmin (40) ayat 60 dikatakan: Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.S. Al Mukmin (40) : 60).

Seorang yang beriman kepada Allah SWT tentunya memiliki sifat raja’. Dengan sifat raja’ tersebut maka akan tercermin suatu sikap yang khusnudzon, berhaluan maju, dan berpikir yang islami.

Khusnudzon adalah sifat yang terpuji yaitu sifat yang menunjukkan prasangka yang baik. Sifat kebalikannya adalah su’udzan yaitu suatu prasangka buruk. Seseorang yang bersifat raja’ akan selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT, selalu optimis dalam hidup guna meningkatkan kualitas hidup, berusaha sekuat tenaga untuk meraih yang diinginkan, masalah hasil diserahkan kepada Allah SWT

Berhaluan maju artinya dalam hidup dan kehidupan seorang muslim selalu dinamis, terus menerus dan sungguh-sungguh dalam meningkatkan dan mengaktualkan kualitas diri. Kebalikan dari sifat berhaluan maju ialah berhaluan mundur yaitu suatu sifat yang tercela dan menghambat dalam kemajuan dan sangat merugikan. Seseorang yang berhaluan mundur tidak kompetitif, sehingga yang ada adalah kemalasan yang menyebabkan tidak berkualitas.

Berfikir yang Islami adalah suatu sifat yang sehat dan terpuji, tajam dalam analisa dan berusaha untuk menunjukkan kesalahan dan kekurangannya sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah. Dengan berpikir yang islami maka akan sangat terjauhkan dari hal-hal yang bersifat kasar, menyakitkan hati, tempramen, mendengki dan bermusuh-musuhan.

Berpikir yang Islami merupakan berpikir dalam rangka mencari ridho allah SWT, sehingga dengan pemikiran tersebut dapat mengenali dirinya sendiri dengan menyadari bahwa hidup ini tidak lain adalah untuk menyembah kepada Allah SWT yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. (Baca surat Adzariyat ayat 56)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar